KEBUDAYAAN INDIA
Tinjauan Terhadap Inti Ajaran Veda, Hindu, Budha, Jainisme dan
Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Sosial-Budaya Masyarakat India Kuno
Periodisasi Agama di India Kuno .
Dalam perjalanan sejarah India kuno beberapa kali dalam kurun waktu
yang berbeda terjadi perubahan maupun perkembangan dalam bidang keagamaan maupun filsafat, hal tersebut terjadi sebagai akibat dari perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat itu sendiri. Adanya wahyu maupun adanya sebuah gagasan atau pemikiran dari satu tokoh atau kelompok menjadi satu dari sekian penyebab terjadinya perubahan maupun perkembangan dalam suatu masyarakat, dalam hal ini termasuk juga perkembangan dan perubahan dalam bidang agama maupun filsafat. Di India sendiri terjadi perkembangan maupun perubahan dalam bidang agama dan filsafat dalam beberapa kurun waktu. Berikut adalah penjelasan yang akan dimulai dari zaman Weda hingga munculnya Jainisme dan Budha.
Zaman Weda (1500-800 SM)
Dalam peradaban India, Lembah Sungai Indus merupakan tempat di mana kebudayaan dan kepercayaan India berkembang. Ketika bangsa Arya datang ke daerah tersebut dan menetap di sana, bangsa Arya mempunyai kepercayaan terhadap para dewa yang diantaranya adalah penyembahan terhadap Dewa Langit. Kata Veda berasal dari kata Vid yang artinya adalah pengetahuan atau kebijaksanaan. orang-oarang Hindu menganggap Veda sebagai yang abadi diturunkan oleh para Rsi (Suud, 1988: 46). Reg Veda merupakan yang tertua,
Zaman Weda Baru
Pada zaman ini muncul Sama Veda yang meupakan kelanjutan dari Reg
Veda sebagai wahyu dari Tuhan, dimana syair nyanyian dari Sama Veda ini digunakan dalam upacara Yajna (korban suci). Setelah itu muncul juga Yayyur Veda, pada masa ini upacara Yajna menjadi sangat penting sebab Yajna ini
dianggap sebagai satu-satunya jalan menujumoksa. Dalam upacara yang dilakukan mantra dan nyanyian dari Reg Veda, Sama Veda, maupun Yayyur Veda harus dilakukan oleh Brahmana dan pelaksanaannya harus sesuai ajaran Yayyur Veda, maka peran Brahmana mulai dianggap penting. Pada masa selanjutnya bangsa Arya juga menemukan mantra-mantra gaib untuk melawan sihir atau penyakit serta tata cara pemakaman jenazah yang dikenal sebagai zaman Atharwa Veda.
Zaman Brahmana (800-300 SM)
Pada masa ini bangsa Arya sudah mulai menjelajah dan menyebar ke
wilayah timur. Pada masa ini juga pengkodifikasian kitab-kitab suci Veda sudah
selesai, sehingga pada masa ini para Rsi pun sudah tidak lagi mendapatkan wahyu dalam bentuk lagu sehingga tidak lagi terdapat wahyu lagu yang diturunkan kepada para Rsi, maka para Rsi pada masa ini mulai menafsikan isi dari Catur Weda tersebut yang kemudian dari tafsiran kitab-kitab Veda itu menghasilkan beberapa kitab yang disebut kitab Brahmana. Masa ini juga warna diartikan sebagai kasta dan sistem kasta ini mulai berkembang dalam kepercayaan yang dianut, aturan kasata menjadi ketat dan kini para bangsawan mulai menguasai tanah-tanah yang ada untuk memperkuat posisinya dalam tingkatan kasta tertentu.
Zaman Kejayaan Hindu ( 800-600 SM)
Spirit keagamaan mengalami perubahan, tidak ada lagi upacara2 kecil,
melainkan upacara Yajna yang besar dan rumit, sehingga golongan Brahmana
memiliki kekuasaan dan mendapat perlakuan istimewa. Upacara yang dilakukan
meliputi: mulai dari manusia dalam kandungan sampai meninggal, bahkan sampai Yajna yang berhubungan dengan roh yang telah meninggal. Upacara yang terbesar adalah Aswamedhayajna, korban kuda, memakai ratusan Brahmana, serta mengorbankan binatang dalam jumlah banyak.
Pada zaman Aranyaka muncul ajaran bertapa atau meditasi dalam usaha
menguak misteri semesta. Pada zaman Upanisad muncul ajaran yang berdasarkan filsafat dan logika. Ajaran dituangkan dalam kitab-kitab Upanisad. Ada beberapa konsepsi penting yang ditemukan para Rsi yang membaca kitab-kitab suci di hutan:
Alam semesta diciptakan dari Yajna dan dipelihara dengan Yajna.
Konsep Brahman – Atman, Samsara (punarbhawa).
Karma, samsara (punarbhawa), dan moksa.
Zaman Kemunduran Hindu (600-300 SM)
Pada zaman ini muncul protes dan perlawanan yang menentang ajaran
Brahmana, yang mengajarkan upacara Yajna, berbagai ritual serta pembunuhan
bermacam-macam binatang dalam jumlah yang tidak sedikit, dengan biaya mahal. Gerakan perlawanan ini dipimpin oleh para penganut Buddha, Jaina, Carwaka, dll, yang menolak wewenang dan otoritas kaum Brahmana. Mereka menentang ritual- ritual yang bersumber pada Weda. Sebaliknya mengajarkan, mengagungkan etika tapa-brata, dan penebusan dosa dengan disiplin ketat untuk mencapai moksa (bebas dari kelahiran dan kematian). Agama Buddha begitu cepat meluas, ke seluruh masyarakat yang beragama Brahmana. Yang masih taat agama Hindu kebanyakan kaum Brahmana.
. Inti Ajaran Hindu
Hinduisme adalah bentuk keyakinan hidup yang bermula dari ajaran Veda, yang karena perkembangan sejarah para pemeluknya telah mengalami perubahan sebagai perpaduan antara Brahmanisme yang berdasarkan Veda dengan Budhisme maupun Jainisme (Abu Su’ud, 1988: 105). Berikut adalah inti ajaran Hindu .
1. Agama Hindu percaya pada sistem keTuhanan atau Dewa.
2. Menekankan pemujaan pada tiga Dewa, yaitu Dewa Brahma,
Dewa Wisnu dan Siwa atau yang dikenal dengan Trimurti (tiga bentuk). Dimana Dewa Brahma sebagai kepala karena kedudukannya sebagai dewa pencipta jagad raya, sementara Dewa Wisnu sebagai dewa pemelihara, sedangkan Dewa Siwa menjadi dewa perusak Jagad raya.
3. Terjadinya pergeseran dalam pemahaman orang mengenai para Dewa. Banyak dewa yang pada masa veda dianggap penting dan perlu dipuja kemudian dalam ajaran Hindu kedudukannya bergeser ke bawah atau dianggap kurang penting. Bagi agama hindu, dewa bukan lagi gejala alam seperti dewa matahari, bulan, api ataupun angin namun dewa digambarkan sebagai manusia (antropomorfis).
4. Dalam agama Hindu ada lima keyakinan dan kepercayaan yang disebut
denganPancas r adha.Pancas r adha merupakan keyakinan dasar umat Hindu.
Kelima keyakinan tersebut, yakni:
1). Widhi Tattwa – percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan segala
aspeknya. Agama Hindu yang berlandaskan Dharma menekankan ajarannya
kepada umatnya agar meyakini dan mengakui keberadaan Tuhan yang Maha
Esa.
2). Atma Tattwa – percaya dengan adanya jiwa dalam setiap makhluk. Dalam
ajaran Hinduisme, jiwa yang terdapat dalam makhluk hidup merupakan
percikan yang berasal dari Tuhan dan disebutAtm an.
3). Karmaphala Tattwa – percaya dengan adanya hukum sebab-akibat dalam setiap perbuatan. Dalam ajaran Karmaphala, setiap perbuatan manusia pasti
membuahkan hasil, baik atau buruk.
4). Punarbhawa Tattwa – percaya dengan adanya proses kelahiran kembali
(reinkarnasi). Dalam ajaran Punarbhawa, reinkarnasi terjadi karena jiwa harus
menanggung hasil perbuatan pada kehidupannya yang terdahulu. Apabila
manusia tidak sempat menikmati hasil perbuatannya seumur hidup, maka
mereka diberi kesempatan untuk menikmatinya pada kehidupan selanjutnya.
5). Moksa Tattwa – percaya bahwa kebahagiaan tertinggi merupakan tujuan
akhir manusia. Moksa merupakan suatu keadaan di mana jiwa merasa sangat
tenang dan menikmati kebahagiaan yang sesungguhnya karena tidak terikat
lagi oleh berbagai macam nafsu maupun benda material.
5. Hinduisme mengajarkan tiga jalan pembebasan yakni karma-marga, jnana dan bhakti.
Inti Ajaran Budha
Salah satu ciri khas agama Budha adalah pesimisme. Inti ajarannya ialah
bahwa segalanya adalah duka (sarvam dukham). Tapi bukan berarti ajaran Budhamengajarkan keputusasaan. Penderitaan karena samsara adalah suatu yang riil,oleh karena itu manusia harus melepaskan diri dari kesengsaraan (Bhikku Bodhi,2006: 22).
1. Budha mengajarkan empat kebenaran utama (empatar yas atyani), yaitu:
a. Hidup adalah sengsara (dukha)
b. Penderitaan itu timbul karena keinginan (samudaya). Keinginan mencoba
untuk meraih sesuatu yang diinginkan itu, seolah-olah keinginan itu bias
diraih. Namun ketika keinginan itu tidak dapat diraih maka kita akan
merasa sedih dan kecewa. Bukan dunia, tapi kita sendiri yang
menimbulkan penderitaan.
c. Penderitaan dapat diakhiri dan dicapai nirvana dimana segala kehidupan
berakhir. Nirvana bukan sorga, bukan pula keadaan kemana kita masuk.
Nirvana dicapai dengan menghentikan semua keinginan.
d. Hal ini hanya dapat terlaksana engan perbuatan-perbuatan dan disiplin
(marga), yang berpuncak pada konsentrasi dan meditasi.
2. Sementara itu terdapat tiga tingkat penderitaan dalam ajaran Budha, yaitu:
a. penderitaan yang berkaitan dengan proses kehidupan manusia (kelahiran,sakit, usia tua, mati).
b. penderitaan sebagai akibat dari kesadaran adanya kesenjangan dan distansi antara apa yang kita inginkan dan apa yang kita peroleh, serta kesadaran akan kesementaraan.
c. penderitaan sebagai akibat dari hakekat kondisi kemanusiaan.
3. Titik awal ajaran Budha adalah pikiran yang belum tercerahkan, di dalam genggaman penderitaan, kesusahan, kesengsaraan, titik akhirnya adalah pikiran yang tercerahkan, bahagia, cemerlang, dan bebas.
4. Untuk mencapai tujuan akhir tadi terdapat beberapa jalan yang dikenal dengan delapan jalan mulia.
1). Pandangan yang tepat tentang kebenaran-kebenaran mendasar tentang
kehidupan
2). Kehendak yang tepat untuk menjalani latihan
3). Ucapan benar
4). Perbuatan benar
5). Mata pencaharian benar
6). Daya upaya benar
7). Perhatian benar
8). Konsentrasi benar
DAFTAR PUSTAKA
Bodhi, Bhikku. (2006). Budha Dan Pesannya. Jakarta: Dian Dharma
Hadiwidjono, Harun. (2008). Agama Hindu dan Budha. Jakarta: Gunung Mulia.
Keene, Michael. (2006). Agama-Agama Dunia. Yogyakarta: Kanisius.
Khantipalo, Bhikkhu. (2008). Nasihat Praktis Bagi Mediotator. Yogyakarta:
KAMADHIS UGM
Mangunwijaya, Y. B. (1988). Wastu Citra. Jakarta : PT. Gramedia
Sastrapratedja, M. (1990). Filsafat Timur. Jakarta: STF Driyarkara
Suryada, Bagus dan Idedhyana, Bagus. (2009). “Serpihan Teori Arsitektur India Purba”. Jurnal Dinamika Kebudayaan. 21, (2), 73-82.
Su’ud Abu. (1988). Memahami Sejarah Bangsa-Bangsa Di Asia Selatan: Sejak Masa Purba Sampai Kedatangan Islam. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pendidikan Tinggi.
Trisulowati dan Santoso. 2008. Pengaruh Religi Terhadap Perkembangan
Arsitektur, IndiaCina, dan Jepang.Yogyakarta : Graha Ilmu.
Weber, M. (1967). The Sociology Of Religion. Boston: Beacon Press.
Sumber Internet :
Waskito, Adi. (2010). Hindu Sebagai Landasan Budaya Bali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar